Politik Identitas Dalam Pilgub Maluku Utara 2018 (Studi kasus pada Pilgub Maluku Utara 2018 dalam Perspektif Sosiologi Komunikasi dan Politik)
Abstract
Politik identitas seolah menjadi kajian yang sangat menarik untuk melihat fenomena tersebut. Pada Pilgub Maluku Utara 2013 semangat identitas etnis menjadi isu yang menguat dengan menjadikan wacana pemekaran daerah sebagai jualan kampanye dalam momen Pemilihan Kepala Daerah di Maluku Utara tersebut. Ketika pasangan K.H. Abdul Gani Kasuba dan M. Natsir Thaib menang pada Pilgub 2013, dapat dikonstruksi oleh Publik Maluku Utara bahwa K.H. Abdul Gani Kasuba merupakan Representasi Suku Tobelo-Galela, M. Natsir Thaib Representasi Suku Tidore. Hal yang sama terjadi pada Pilgub 2018 K.H. Abdul Gani Kasuba merupakan Representasi Suku Tobelo-Galela, Ali Yasin merupakan Representasi dari suku Patani. Begitupun Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang lain, masing-masing dipandang merepresentasikan suku atau etnis mereka sendiri. Politik etnis di Maluku Utara memang muncul dari sejak awal terbentuknya Provinsi Maluku Utara menjadi Provinsi tahun 1999. Menjadi catatan bersama apakah fenomena perilaku pemilih dengan kesadaran kedekatan afiliasi agama dan suku ini murni kesadaran masyarakat pemilih atau justru kesadaran ini dibentuk oleh pelaku politik (partai politik) yang ingin mendulang kemenangan dan menjaga kepentingan politiknya dengan membentuk framing politik dengan isu suku dan agama. Fenomena ini menjalar sedemikian kuat karena semakin mudahnya akses penyebaran informasi dengan sarana media sosial (medsos).
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (case study) yang bertujuan untuk mengetahui politik identitas di Maluku Utara khususnya pada pilgub Maluku Utara 2018 .
Hasil penelitian menunjukan bahwa politik identitas di Maluku utara khususnya pada pilgub 2018 digunakan sebagai suatu landasan dari perjuangan kelompok politik, baik terdapat pada kelompok, etnis, suku yang mayoritas maupun minoritas. Politik identitas hanya sekedar bungkusan jualan politik untuk mendongkrak suara yang memanfaatkan sentiment identitas kelompok tertentu (hanya sekedar strategi politik tanpa ideologi). Melalui media massa maupun komunikasi secara langsung seorang actor politik atau partai politik selalu mencoba membingkai kepentingan politik etnis, suku, agama. Kuasa politik selalu menjadi wacana dalam pertarungan politik etnis, suku, bahkan agama dalam momen Pilgub itu sendiri.
References
Abdillah, Ubed, 2002, Politik Identitas Etnis: Pergulatan Tanda Tanpa Identitas,Magelang: Indonesatera.
Alfian. 1981, pemikiran dan perubahan politik Indonesia. Jakarta: Gramedia
Heryanto, Ariel. 2006, state terrorism and political identity in Indonesia fatally belonging. London. Routledge.
Kantaprawira, Rusadi. 1988. Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar. Bandung: Sinar Baru Bandung.
Kartono. Kartini,1996, Pemimpin dan Kepimpinan. CV. Rajawali.
Khoiron, M. Nur. Pendidikan Politik Bagi warga Negara: Tawaran Operasional dan Kerangka Kerja. Yogjakarta: LKIS. 1999
Kristiadi, J. 1996. Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih di Indonesia. Prisma 3.
L.A. Kaufman, 1990, “The Anti‐Politics of Identity”, Socialist Review, No.1, Vol. 20
Leege, David. 2006. Agama dalam Politik Amerika. Jakarta. Freedom Institut, Buku obor
Maarif, Ahmad Syafii. 2012. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi.
Salim, Kamaruddin 2015, Politik Identitas di Maluku Utara, Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan
Setyaningrum, arie, 2005 ”Memetakan lokasi bagi politik identitas dalam wacana politik poskolonial” dalam “Politik perlawanan” Yogyakarta: IRE
Supriyadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widayanti, Titik. 2009. Politik Subalter: Pergulatan Identitas Waria. UGM. Yogyakarta.
Herdiansyah, A.G. 2017. Politisasi identitas dalam kompetisi pemilu di Indonesia pasca 2014, Jurnal Bawaslu ISSN 2443-2539 Vol.3 No. 2 2017, Hal. 169-183
Pamungkas, Cahyo. 2014.agama, etnisitas, dan perubahan politik di maluku: refleksi teoretik dan historis. Peneliti pada Pusat Penelitian Sumber Daya Regional - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PSDR-LIPI)
Aini, Nurul. Domestifikasi Etnisitas: Pemekaran Wilayah dan Rutinisasi Kekerasan antar Etnis di Maluku Utara1. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No.1 , Mei 2012
Habibi, Muhammad. 2017. Analisis politik identitas di Indonesia. https://www.researchgate.net/publication/315338050
Qodir, zuly. 2012. involution politics proliferation, ethnicity, and religion: case challenges reforms north Maluku
Goraph, Frets A. 2013. Pemasaran Politik Calon Independen Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Maluku Utara 2013-2018
Sumber referensi media
https://kompas.id/baca/utama/2017/03/21/politik-identitas-dalam-pilkada/
https://pilkada.tempo.co/read/1058793/bawaslu-8-provinsi-rawan-politik-identitas-saat-pilkada-2018/full&view=ok
https://www.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/18/02/04/p3m7rh384-ini-wilayah-tertinggi-rawan-isu-polotik-sara
https://www.liputan6.com/pilkada/read/3421341/kentalnya-nuansa-politik-dinasti-pasangan-calon-pilkada-maluku-utara https://indonesiatimur.co/2017/08/23/pendeta-dalam-panggung-politik-dan-tantangan-keutuhan-gereja/