Analisis Proses Kalsinasi Bijih Nikel Laterit Menggunakan Tanur Reduksi di PT. Megah Surya Pertiwi Desa Kawasi Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara
Dosen dan Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
Abstract
Untuk menganalisa suatu proses kalsinasi bijih nikel laterit pada proses pembuatan kalsin sebagai bahan baku feronikel/FeNi kita harus memahami metode RKEF yang dipakai dengan berpedoman pada standar prosedur yang telah ditentukan oleh PT. Megah Surya Pertiwi. Bijih nikel laterit yang berasal dari area penambangan akan masuk ke gudang bijih basah dengan kandungan air bebas sekitar 32 - 34%, dan akan mengalami proses pengering terlebi dahulu pada tanur pengering dryer kiln hingga kandungan air sisa berkurang minimal 20% maksimal 15%. Kemudian disimpan sementara pada gudang bijih kering untuk dilakukan proses pencampuran bahan baku bijih nikel laterit dengan standar bijih kering 95% + karbon 5%. Proses kalsinasi merupakan proses pengeringan lanjutan pada tanur reduksi rotary kiln untuk mengilangkan kandungan air sisa dari 20 – 15% menjadi 0%. Proses ini bertujuan untuk menghindari terjadinya ledakan – lelakan yang tidak di inginkan ketika kalsin ini akan dileburkan dalam tungku listrik. Proses kalsinasi bijih nikel laterit dalam proses pembuatan kalsin di tanur reduksi harus melalui 4 tahapan zona proses yaitu: Preheat zone; Zona pemanasan awal, Panjang zona ±30 m dengan Suhu 250 – 450 ºC, pada zona ini terjadi proses penguapan air sisa yang terkandung secara mekanis dalam bijih. Roasting zone ; Zona pemanasan lanjutan, Panjang zona ±30 m dengan Suhu 450 – 700 ºC, di zona ini terjadi disosiasi termal dari mineral laterit ke oksida. Reduction zone; Zona reduksi, Panjang ±40 m dengan Suhu 700 – 900 ºC, pada zona ini terjadi proses reduksi oksida yang dihasilkan oleh batu bara dan reduksi gas. Cooling zone: Zona Pendinginan, Panjang ±10 m dengan Suhu 900 – 650 ºC, di zona ini kalsin harus di kontrol suhu-Nya agar tidak terjadi kerak pada dinding tanur, dan dalam proses pembuatan kalsin seorang operator tanur reduksi harus mampu memaksimalkan beberapa aspek penting baik melalui layar monitor, sperti; Suhu (Uap Panas), Tekanan (Energi), Kecepatan Motor (Putaran/Rotary).
Downloads
References
[2] Anonim, 2013. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara "tekMIRA"rochani@tekmira.esdm.go.id
[3] Jim Kyle. 2010. Nickel Laterite Processing Technologies – where to next? In: ALTA 2010 Nickel/Cobalt/Copper Conference, 24 -27 May., Perth, Western Australia.
[4] Handrijono. 2015. Nickel Smelter Project Harita. Jakarta Url (Google.Com, 01/01/2017)
[5] Sudana Dkk. 1996. Peta Geologi Regional Pulau Obi
[6] Conoras, W. A. (2017). PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING. DINTEK, 10(2), 16-20.
[7] Conoras, W. A. (2017). KLASIFIKASI SUMBERDAYA ENDAPAN NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI, HALMAHERA SELATAN DENGAN PENDEKATAN RELATIVE KRIGING STANDARD DEVIATION (RKSD). DINTEK, 10(1), 71-79.
[8] Crundwell Frangk K., Mosats S. Michael., Ramachandran Venkoba., Robinson G. Timothy., Davenport William G., 1751 – 1951. Extractive Metallurgy of Nickel, Cobalt and Platinum-Group Metals., Url (Google Book, 26 April 2018) Canada : ELSEVIER
